TITRASI ASAM BASA



DISUSUN OLEH :
                             
                                  EVA ERFIANA                               
  F201601062
                                                       
                                                      
         PROGRAM STUDI S1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MANDALA WALUYA
KENDARI
2017









BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
    Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya. (disini hanya dibahas tentang titrasi asam basa).
Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai “titer” dan biasanya diletakkan di dalam “buret”. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan.
Titrasi asam basa disebut juga titrasi adisi alkalimetri. Kadar atau konsentrasi asam basa larutan dapat ditentukan dengan metode volumetri dengan teknik titrasi asam basa. Volumetri adalah teknik analisis kimia kuantitatif untuk menetapkan kadar sampel dengan pengukuran volume larutan yang terlibat reaksi berdasarkan kesetaraan kimia. Kesetaraan kimia ditetapkan melalui titik akhir titrasi yang diketahui dari perubahan warna indicator dan kadar sampel untuk ditetapkan melalui perhitungan berdasarkan persamaan reaksi.
Titrasi asam basa merupakan teknik untuk menentukan konsentrasi larutan asam atau basa. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi asam basa (netralisasi). Larutan yang kosentrasinya sudah diketahui disebut larutan baku. Titik ekuivalen adalah titik ketika asam dan basa tepat habis bereaksi dengan disertai perubahan warna indikatornya. Titik akhir titrasi adalah saat terjadinya perubahan warna indicator.
Titik ekivalen pada titrasi asam basa adalah pada saat dimana sejumlah asam tepat di netralkan oleh sejumlah basa. Selama titrasi berlangsung terjadi perubahan pH. pH pada titik equivalen ditentukan oleh sejumlah garam yang dihasilkan dari netralisaasi asam basa. Indikator yang digunakan pada titrasi asam basa adalah yang memiliki rentang pH dimana titik equivalen berada. Pada umumnya titik equivalen tersebut sulit untuk diamati, yang mudah dimatai adalah titik akhir yaang dapat terjadi sebelum atau sesudah titik equivalen tercapai. Titrasi harus dihentikan pada saat titik akhir titrasi tercapai, yang ditandai dengan perubahan warna indikator. Titik akhir titrasi tidak selalu berimpit dengan titik equivalen. Dengan pemilihan indikator yang tepat, kita dapat memperkecil kesalahan titrasi.
Titrasi asam basa merupakan contoh analisis glumetri, yaitu suatu cara atau  metode yang menggunakan larutan yang disebut titran dan dilepaskan dari perangkat gelas yang disebut buret. Titik dalam titrasi dimana titran yang telah ditambahkan cukup untuk bereaksi secara tepat dengan senyawa yang ditentukan disebut titik ekivalen atau titik stoikhiometri, titik ini sering ditandai dengan perubahan warna senyawa yang disebut indikator.
Berikut ini syarat-syarat yang diperlukan agar titrasi yang dilakukan berhasil :
1.         Konsentrasi titrasi harus diketahui. Larutan seperrti ini disebut larutan standar.
2.    Reaksi yang tepat antara titran dan senyawa yang dianalisis harus diketahui.
3.    Titik stoikhiometri atau titik ekivalen harus diketahui. Indikator yang  memberikan perubahan warna, atau sangat dekat pada titik ekivalen yang sering digunakan. Titik pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir.
4.         Volume titran yang dibutuhkan untuk mencapai titik ekivalen harus diketahui setepat mungkin.

1.2 Tujuan
1.      Mengetahui penetralan asam basa dengan metode titrasi.
2.      Menentukan kadar suatu zat dengan metode titrasi alkalimetri.
3.      Mengetahui titik ekuivalen dan titik akhir titrasi basa.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Umum
Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan sejumlah contoh tertentu yang akan di analisis. Contoh yang akan dianalisis dirujuk sebagai (tak diketahui, unknown). Prosedur analitis yang melibatkan titrasi dengan larutan-larutan yang konsentrasinya diketahui disebut analisis volumetri. Dalam analisis larutan asam dan basa, titrasi melibatkan pengukuran yang seksama, volume-volume suatu asam dan suatu basa yang tepat saling menetralkan (Keenan,1998:422-423).
Pada proses titrasi ini digunakan suatu indikator yaitu suatu zat yang ditambahkan sampai seluruh reaksi selesai yang dinyatakan dengan perubahan warna. Perubahan warna menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi (Brady,1999:217-218).
Larutan basa yang akan diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam buret (pipa panjang berskala) dan jumlah yang terpakai dapat diketahui dari tinggi sebelum dan sesudah titrasi. Larutan asam yang dititrasi dimasukkan kedalam gelas kimia (erlenmeyer) dengan mengukur volumenya terlebih dahulu denga memekai pipet gondok. Untuk mengamati titik ekivalen, dipakai indikator yang warnanya disekitar titik ekivalen. Dala titrasi yang diamati adalah titik akhir bukan titik ekivalen (syukri,1999:428).
Suatu proses didalam laboratorium untuk mengukur jumlah suatu reaktan yang bereaksi sempurna dengan sejumlah reaktan lainnya, dimana reaktan pertama ditambahkan secara kontinu ke dalam reaktan kedua disebut titrasi. Reaktan yang ditambahkan tadi disebut sebagai titrant dan reaktan yang ditambahkan titrant kedalamnya disebut titree. Didalam beberapa titrasi, titik ekivalen adalah titik selama proses titrasi dimana tepatnya titrat telah cukup ditambahkan untuk bereaksi dengan titree. Salah satu masalah tekhnis dalam titrasi adalah titik dimana suatu perubahan dapat diamati, terjadi yang untuk mengindikasikan pendekatan yang paling baik ke titik ekivalen. Secara ideal, titik akhir dan titik ekivalen seharusnya identik, tetapi dalam prakteknya jarang sekali ada orang yang mampu membuat kedua titik tersebut tepat sama, meskipun ada beberapa hal dimana perbedaan antara kedua hal tersebut dapat diabaikan (Snyder,199 :597-599).
Kadang-kadang kita perlu mengetahui tidak hanya atau sekedar pH, akan tetapi perlu kita ketahui juga berapa banyak asam atau basayang terdapat didalam sampel. Sebagai contoh, seorang ahli kimia lingkungan mempelajari suatu danau dimana ikan-ikannya mati. Dia harus mengetahui secara pasti seberapa banyak asam yang terkandung dalam suatu sampel air danau tersebut. Titrasi melibatkan suatu proses penambahan suatu larutan yang disebut tirant dari buret ke suatu flask yang berisi sampel dan disebut analit. Berhasilnya titrasi asam-basa tergantung pada seberapa akurat kita dapat mendeteksi titik stoikiometri. Pada titik tersebut, jumlah mol dari H3O+ dan OH yang ditambahkan sebagai titrant adlah sama dengan jumlah mol dari OH- atau H3O+  yang terdapat dalam analit. Pada titik stoikiometri, larutan terdiri dari garam dan air. Larutan tersebut adalah asam apabila ion asam yang terkandung didalamnya, dan basa apabila ion basa yang terkandung didalamnya (Atkins, 1997:550).
Seperti yang telah diketahui sebelumnya, dalam stoikiometri titrasi, titik ekivalen dari reaksi netralisasi adalah titik pada reaksi dimana asam dan basa keduanya setara, yaitu dimana keduanya tidak ada yang berlebihan. Dalam titrasi, suatu larutan yang akan dinetralkan, misal asam, ditempatkan di dalam flask bersamaan dengan beberapa tetes indikator asam basa. Kemudian larutan lainnya (misal basa) yang terdapat didalam buret, ditambahkan ke asam. Pertama-tama ditambahkan cukup banyak, kemudian dengan tetesan hingga titik ekivalen. Titik ekivalen terjadi pada saat terjadinya perubahan warna indikator. Titk pada titrasi dimana indikator warnanya berubah disebut titik akhir (Petrucci, 1997:636).
Misalkan kita ingin menentukan molaritas dari suatu larutan HCl yang tidak diketahui konsentrasinya. Kita bisa menentukan konsentrasi HCl tersebut melalui suatu prosedur yang disebut titrasi, dimana kita menetralisasi suatu asam dengan suatu basa yang telah diketahui konsentrasinya. Pada titrasi, pertama-tama kita menempatkan suatu asam yang volumenya telah ditentukan ke dalam suatu flask. Dan tambahkan beberapa tetes indikator seperti penolftalein, kedalam larutan asam. Dalam larutan asam, penolftalein tidak berwarna. Kemudian, buret kita isi dengan larutan NaOH yang konsentrasinya telah diketahui. dan dengan hati-hati NaOH ditambahkan ke asam pada flask. Kita bisa mengetahui bahwa netralisasi telah berlangsung ketika penolftalein dalam larutan berubah warna menjadi merah muda. Ini disebut titik akhir netralisasi. Dari volume yang ditambahkan dan molar NaOH, kita dapat menentukan konsentrasi asam (Timberlake,2004:354-355).
Titirasi asam-basa merupakan cara yang tepat dan mudah untuk menentukan jumlah senyawa-senyawa yang bersifat asam dan basa. Kebanyakan asam dan basa organik dan organik dapat dititrasi dalam larutan berair, tetapi sebagian senyawa itu terutama senyawa organik tidak larut dalam  air. Namun demikian umumnya senyawa organik dapat larut dalam pelarut organik, karena itu senyawa organik itu dapat ditentukan dengan titrasi asam basa dalam pelarut inert. Untuk menentukan asam digunakan larutan baku asam kaut misalnya HCl, sedangkan untuk menentuan basa digunakan larutan basa kuat misalnya NaOH. Titik akhir titrasi biasanya ditetapkan dengan bantuan perubahan indikator asam basa yang sesuai atau dengan bantuan peralatan seperti potensiometri, spektrofotometer, konduktometer. (Rivai,H.1990:308-310).
Tidak semua pereaksi dapat digunakan sebagai titran, untuk itu pereaksi harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut berlangsung sempurna, tunggal dan menurut persamaan yang jelas ( dasar teoritis), cepat dan irreversible, ada petunjuk akhir titrasi (indikator), larutan baku direaksikan dengan alat harus mudah didapat dan sederhana menggunakannya, juga harus stabil sehingga konsentrasinya tidak mudah berubah bila disimpan (Ady Mara,2010:21).


2.2  Uraian Bahan
1. Aqua Destilata (Depkes RI,1979l:62)
Nama Resmi    : AQUA DESTILATA
Nama Lain       : Air Suling,Aquades
Rm/Bm            : HO / 18,02
Pemberian       : Cairan jernih,tidak berbau, tidak berasa dan tidak   berwarna
Penyimpanan   : Didalam wadah tertutup baik
Kegunaan        : Sebagai pelarut
2. Natrium Hydroxydium (Depkes RI,1979:412 )
Nama resmi     : NATRIUM HIDROKSIDA
Nama Lain       : Natrium hidroksida
Rm/Bm            : NaOH/40.00
Pemerian       : Bentuk batang, massa hablur atau keping-keping, rapuh                                        dan mudah meleleh basah, sangat Alkalis dan korosif.
Kelarutan         : Sangat mudah larut dalam air dan   etanol (95%)
Penyimpanan   : Mengandung tidak kurang dari 97,5% akali jumlah
                                      dihitung sebagai NaOH dan tidak lebih dari 2,5% NaCO3
Kegunaan        : Sebagai zat tambahan
3.  Asam asetat (Depkes RI,1979:71)
Nama Resmi
    : ACIDUM ACETIUM
Nama Lain
       : Asam asetat
RM/BM
           : CH3COOH/60,05
Pemerian
          : cairan jernih, tak berwarna, bau busuk, rasa asam tajam
Kelarutan
         : Dapat bercampur dengan air, etanol (95%) dan gliserol P
Penyimpanan
   : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan
        : sebagai zat tambahan
4. Indikator pp (Depkes RI,1979:675)
Nama Resmi    : FENOLFTALEIN
Nama Lain       : Fenolftalein, Indikator PP
RM                  : C20H14O4
BM                  : 318,33
Pemerian          : Serbuk hablur putih atau putih kekuningan lemah, tidak                                   berbau, stabil di udara.  
Kelarutan         : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol
Penyimpanan   : Dalam wadah tertutup rapat
K/P                  : Zat tambahan,indicator



BAB III
METODE KERJA
3.1 Alat dan bahan
3.1.1 Alat
1.      Buret
2.      Corong kimia
3.      Erlenmeyer
4.      Gelas ukur
5.      Pipet tetes
6.      Sendok tanduk
7.      Statif dan klem
3.1.2 Bahan
1.      Aquadest
2.      Asam asetat
3.      Natrium Hidroksida
4.      Indikator PP
3.2  PROSEDUR KERJA
3.2.1 Alkalimetri penambahan Aquadest
1. Di ukur seksama asam asetat sebanyak 10 mL.
2. Dilarutkan dalam erlenmeyer dengan 10 mL Aquadest.
3. Ditambahkan 3 tetes Indikator PP.
4. Dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N yang ada didalam buret.
5. Diamati perubahan warna sampai larutan berwarna merah muda.
3.2.2 Alkalimetri tanpa Aquadest
1. Di ukur seksama asam asetat sebanyak 10 mL.
2. Ditambahkan 3 tetes Indikator PP.
3. Dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N yang ada didalam buret.
4. Diamati perubahan warna sampai larutan berwarna merah muda.



BAB IV
HASIL PENGAMATAN
4.1 Tabel pengamatan
Metode Titrasi
Sampel
Volume titrasi
(NaOH)
Indikator
ALKALIMETRI


Aquadest 10ml
CH3COOH
10ml
1,8 mL
PP 3 tetes
ALKALIMETRI
CH3COOH
10ml
1,3 mL
PP 3 tetes






BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, dilakukan percobaan alkalimetri dimana digunakan NaOH (Basa kuat) sebagai titran sedangkan titrat atau yang berada didalam elenmeyer yaitu asam asetat (asam kuat) dan aquadest.
Sesuai dengan yang ada diliteratur bahwa asidi-alkalimetri merupakan suatu metode analisis volumetri yang digunakan dengan cara titrasi berdasarkan terjadinya reaksi netralisasi. Pada alkalimetri digunakan basa kuat sebagai larutan standar.
Pada saat setelah dilakukan penambahan indikator PP dilakukan titrasi, dimana secara teknis titrasi dilakukan dengan mereaksikan sedikit demi sedikit bahkan tetes demi tetes larutan basa 25 mL melalui buret kedalam larutan asam yang telah dicampur dengan aquadest (asam asetat 10 mL + aquadest 10 mL) yang disimpan dalam Erlenmeyer sampai keduanya tepat habis bereaksi yang ditandai dengan perubahan warna. Pada percobaan alkalimetri terjadi perubahan warna akibat penambahan indikator PP yaitu dari warna bening menjadi warna merah muda, titrasi dihentikan dan volumenya dicatat sebesar volume titik akhir titrasi yaitu 1,8 ml. Selain itu, dilakukan juga percobaan tanpa menggunakan aquadest dengan volume akhir titrasi yaitu 1,3 mL.
Pada praktikum alkalimetri ini dilakukan penambahan indikator PP sebanyak 3 tetes. Hal tersebut mempengaruhi warna pada larutan, dimana pada praktikum digunakan NaOH sebagai titrat yang menyebabkan perubahan warna menjadi merah muda. Perubahan warna menjadi mersh muda ini disebabkan Karena indikator bereaksi dengan basa. Selain itu, perubahan warna yang terjadi sesuai literature yang menyatakan perubahan warna dikarenakan penambahan  [OH-] yang menyebabkan [H+] berkurang dan keseimbangan bergeser kekanan (G.Shelva,1985; hal ).
Pada proses terjadinya perubahan warna menjadi merah muda saat titrasi, larutan baku atau titran yang digunakan adalah basa, karena pada proses ini yang menjadi titer (larutan yang dititrasi) adalah larutan yang bersifat asam dan yang menjadi titran bersifat basa. Untuk titer sendiri diberikan indikator PP dengan tujuan agar kita dapat mengetahui senyawa tersebut memiliki sifat asam atau basa.
Pada praktikum yang telah dilakukan, didapatkan haasil yang sesuai dengan literatur dimana pada titrasi aside-alkalimetri senyawa CH3COOH terionisasi menghasilkan ion H+ dan NaOH terurai menghasilkan ion H- membentuk senyawa molekul H2O Ion Na+ dan CH3COO- akan membentuk garam.
Pada percobaan Aquadest volume titran lebih banyak dibandingkan tanpa penambahan aqadest karena asam akan memberikan proton ke air yang bertindak sebagai basa. Sehingga air menjadi asam, setelah penambahan basa terhidrolisis oleh garam. Sedangkan tanpa penambahan aquadest asam ditambah basa akan terhidrolisis jadi garam dan air. Dimana raksi yang terjadi yaitu:
1.    Reaksi penambahan aquadest
CH3COOH + H2O                  CH3COO + H3O (Ion Hidroion)
CH3COO + NaOH                  NaCH3COO + OH
2.    Reaksi tanpa penambahan aquadest
CH3COOH + NaOH              NaCH3COO + H2O
Pada saat praktikum digunakan aquadest sebagai pelarut, aquadest sendiri merupakan larutan yang mudah menyerap dan melarutkan berbagai macam jenis partikel halus yang bermuatan racun dan dapat mencegah pencemaran pda kualitas air sehingga tersebut dapat diminum setiap saat dengan aman.
Aquadest sendiri mengalami destilasi atau penyulingan yaitu pemissahan bahan-bahan kimia yang ada didalam air dimana mengandung zat racun hasil radikal bebas yang kemudian dibersihkan atau disterilisasikan atau dibersihkan agar tidak lagi tercemar racun apapun sehingga kondisinya bersih.
Beberapa alasan digunnakannya aquadest sebagai pelarut yaitu :
1.    Aquadest mampu melarutkan kemudian menetralkan bahan kimia ynag bersifat racun didalam makanan dan minuman tertentu.
2.    Aquadest mampu melarutkan dan menetralisir racun yang telah mencapai ginjal lalu akan membuangnya kearah kandung kemih agar segera dikeluarkan.
3.    Aquadest merupakan air murni atau larutan yang dihasilkan dari proses sterilisasi melalui cara penyulingan beberapa kali sehingga logam dan partikel berbahaya yang terkandung didalamnya dapat dibersihkan dan dinetralkan agar aquadest dapat diminum dengan aman.
BAB VI
PENUTUP
4.1  Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan yaitu sebagai berikut :
1.    Volume akhir titrasi NaOH adalah 1,8 ml
2.    Pada proses titrasi alkalimetri terjadi perubahan warna oleh CH3COOH dengan NaOH dari warna bening menjadi merah muda.
3.    Terjadi perubahan warna bening menjadi merah muda dikarenakan adanya penambahan [OH-] yang menyebabkan [H+] berkurang dan keseimbangan bergeser ke kanan.

4.2  Saran
Dalam melakukan praktikum, sebaiknya harus berhati-hati dalam menggunakan larutan-larutan yang ada di laboratorium dan dalam melakukan praktikum kali ini kita juga harus memperhatikan ketelitian dalam mengukur volume larutan basa (NaOH), karena volume larutan NaOH sangat mempengaruhi hasil konsentrasi CH3COOH.














DAFTAR PUSTAKA

Harjadi, W. 1990.Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia: Jakarta
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press: Jakarta
Purba, Michael. 1997. Buku Pelajaran Ilmu Kimia Untuk SMU kelas 2.Erlangga: Jakarta
Rivai, H. 1990. Asas Pemeriksaan Kimia. UI Press: Jakarta
Susanti, S. 1995. Analisis Kimia Farmasi Kualitatif. LEPHAS: Makassar
Shelva.G.1985.Vogel analisis anorganik kualitatif makrodan semi makro. PT Kaman media pustaka : Jakarta
Atkins, Peter and Jones Lorette. 1997. Chemistry Molecules and Canges. NewYork: W. H. Freeman and Company.
Brady, James E. 1999. Kimia Universutas Asas dan Struktur. Jakarta: Binarupa Aksara
Keenan, C. W, dkk. 1998. Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
Petrucci, Ralph H and Willias S. Harwood. 1997. General Chemistry. New Jersey:Prentice Hall.
Snyder, Milton K. 1996. Chemistry Structure and Reaction. New York: Holt Rinehart And winston. Inc.
Syukri. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung ITB.
Timberlake, Karen C. 2004. General, Organic and Biological Chemistry Structure Of Life. San Fransisco: Pearson Benjamin Cummings.

Komentar

  1. MGA | Casino | DrmCd
    MGA 태백 출장안마 is the only casino in the UK where you can 천안 출장마사지 play 김해 출장안마 Blackjack, Roulette, Video Poker, Slots and all other games. 포항 출장안마 Experience a range of thrilling casino games such as 청주 출장마사지 live

    BalasHapus

Posting Komentar